PENERAPAN METODE PENUGASAN (RAITASI) TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)
Disusun oleh:
IKBAL AMRULLOH (1415101056)
PAI-C/SMT V
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (Mts) As Salafiyah Kota Cirebon melalui penerapan metode penugasan (raitasi). Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode Kualitatif dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan analisis data diperoleh melalui tanya jawab dengan subjek penelitian, dengan melihat pengalaman belajar yang dibarengi latihan terus-menerus secara bertahap. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penrapan metode pembelajaran penugasan (raitasi) dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) As Salafiyah Kota Cirebon.
Kata kunci: Metode Penugasan (Raitasi), Prestasi Belajar, Aqidah Akhlak.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi umat manusia, khusunya umat Islam. Dengan proses pendidikan sebuah peradaban dan kebudayaan dapat dipertahankan dan dilestarikan bahkan dikembangkan sesuai dengan proses pendidikan suatu bangsa.
Oleh sebab itu, pendidikan perlu direncanakan dan dikelola dengan manajemen yang baik sesuai dengan kebutuhan dan tantangan kompetensi ke depannya. Keberhasilan sebuah pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pertama, pendidik yang kompeten secara akademik legal maupun formal. Kedua, peserta didik, juga memiliki andil besar dalam keberhasilan proses pembelajaran, biasanya faktor psikologis, kemiskinan, biologis sangat rentan dan berpengaruh, oleh karena itu bagi pendidik diharapkan mampu memperhatikan hal-hal tersebut dalam proses pendidikan. Ketiga, Manajemen juga memiliki faktor yang cukup penting di dalam pembelajaran. Manjemen yang baik tidak harus memiliki perlatan yang canggih, tetapi prinsip kebersamaan dan kedisiplinan serta komunikasi yang baik dari semua civitas dalam lembaga tersebut bisa berjalan dengan lancar. Inilah salah satu ciri dari manajemen yang bermutu, yang akan membawa dampak di dalam proses pembelajaran.
Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) jika hanya disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan membosankan. Dalam hal ini diperlukan oleh seorang guru untuk mempertimbangkan metode pembelajaran lain yang efektif dan tepat.
Metode pembelajaran dalam pendidikan Aqidah Akhlak secara teoritis sebenarnya dapat dipilih dari sekian banyak metode pembelajaran yang tersedia. Para guru hendaknya mempunyai kemampuan di dalam memilih metode yang tepat untuk setiap pokok bahasan. Selain itu pembelajaran Aqidah Akhlak juga dapat menggunakan media pengajaran yang bermacam-macam diantaranya menampilkan video edukasi, film motivasi dan lainnya untuk menambah pemahaman terhadap data visual. Selain itu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan dan merancang metode pembelajaran yang akan dilakukannya seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi. Salah satu metode pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah metode pembelajaran Penugasan (Raitasi).
Melihat kenyataan yang ada di berbagai sekolah baik yang swasta maupun negeri, ketika pendidik mengajar aspek psikomotor (keahlian atau praktek) tidak sedikit yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab. Padahal metode ini digunakan untuk ranah kognitif, ketika diterapkan di ranah psikomotor tujuan pembelajaran di kelas akan tercapai, namun tidak mengena dan membekas di benak siswa yang kemudian terwujudkan memalui kebiasaan sehari-hari. Dalam metode pembelajaran penugasan ini siswa dituntut untuk berpikir cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif dan bertanggung jawab.
2. Kajian Teori
a. Metode Pembelajaran Penugasan (Resitasi)
Imansjah Alipandie (1984:91) dalam bukunya yang berjudul “Didaktik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa: “Metode resitasi terstruktur adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, perpustakaan, laboratorium dan hasilnya dipertanggungjawabkan”
Menurut Sudirman N (1991:141), pengertian Metode Resitasi atau penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan Slameto (1990:115) mengemukakan bahwa Metode Resitasi terstruktur adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan kepada guru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode Resitasi terstruktur adalah pemberian tugas kepada siswa di luar jadwal sekolah atau diluar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.
b. Teori Prestasi Belajar
Sumandi Suryabrata (1998) prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama masa tertentu.
Siti Pratini (2005) prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan belajar.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dinamakan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.
Bukhori M (1983) Prestasi dapat kita artikan sebagai hasil yang telah dicapai atau hasil yang sebenarnya dicapai.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian prestasi belajar, maka dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh peserta didik sebagai hasil belajarnya yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan.
Titik singgung antara metode penugasan dengan perkembangan prestai belajar yaitu apakah metode penugasan meningkatkan prestasi belajar siswa?
B. METODE PENELITIAN
1. Subjek Penelitian
Yang dijadikan subjek penelitian yaitu seorang guru yang bernama Ibu Uul Ulfiyah, S.Pd dari MTs Salafiyah kelurahan Kalitanjung, Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, beliau mengampu pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
2. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian yaitu di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Salafiyah yang terletak di Kelurahan Kalitanjung Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Penentuan lokasi ini diharapkan memberi kemudahan, khusunya pengenalan lingkungan yang bersangkutan dengan guru selaku subjek penelitian.
Dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara langsung kepada Ibu Uul Ulfiyah, S.Pd salah satu guru yang mengampu pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di Mts Salafiyah Kota Cirebon. Wawancara ini dilakukan oleh Nimas Kur’aeni.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada hari senin tanggal 6 November 2017 pukul 09.00 WIB
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian Kualitatif dengan sistem wawancara. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada guru pengampuh mata pelajaran Aqidah Akhlak terkait kegiatan pembelajaran atau proses pembelajaran yang didalamnya memuat beberapa komponen seperti, metode, model, evaluasi dan lain sebagainya.
C. ANALISIS MASALAH
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran Aqidah Akhlak adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik, sehingga dapat diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Dengan kata lain, fungsi dari metode pembelajaran tidak dapat diabaikan, karena metode pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian dari integral dalam suatu sistem pembelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru Aqidah Akhlak dalam pembelajaran guru lebih banyak aktif dibandingkan siswa ketika guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab bahkan diskusi. Semuanya terjadi dikarenakan kurang adanya komunikasi (Feed back) timbal balik antara guru dengan siswa. Sehingga pembelajaran dalam kelas menjadi monoton, imbasnya siswa tidak menangkap materi yang telah disampaikan oleh guru.
Solusi yang tepat untuk meminimalisir kurang aktifnya siswa yaitu guru memberikan beberapa metode atau menggabungkan beberapa metode pembelajaran dalam satu tema yang ingin diajarkan kepada siswa. Contohnya, ketika guru hendak mengajarkan materi tentang sholat berjama’ah, metodenya bisa dengan diskusi, tanya jawab, sosio drama atau demonstrasi. Dengan adanya penggabungan metode diharapkan kejenuhan siswa bisa diimbangi serta dengan adanya variasi atau gabungan metode pembelajaran mampu membangkitkan semangat belajar siswa di setiap mata pelajaran.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode resitasi terstruktur merupakan salah satu pilihan metode mengajar seorang guru, dimana guru memberikan sejumlah item tes kepada siswanya untuk dikerjakan di luar jam pelajaran. Pemberian item tes ini biasanya dilakukan pada setiap kegiatan belajar mengajar di kelas, pada akhir setiap pertemuan atau akhir pertemuan di kelas.
Pemberian tugas ini merupakan salah satu alternatif untuk lebih menyempurnakan penyampaian tujuan pembelajaran khusus. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi pelajaran yang harus disampaikan sementara waktu belajar sangat terbatas di dalam kelas. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa utnuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Rostiyah (1991:32) menyatakan bahwa untuk mengatasi keadaan seperti diatas, guru perlu memberikan tugas-tugas diluar jam pelajaran.
Tampaknya pemberian tugas kepada siswa untuk diselesaikan di rumah, di laboratorium maupun diperpustakaan cocok dalam hal ini, karena dengan tugas ini akan merangsang siswa untuk melakukan latihan-latihan atau mengulangi materi pelajaran yang baru didapat disekolah atau sekaligus mencoba ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, serta membiasakan diri siswa mengisi waktu luangnya di luar jam pelajaran. Dengan sendirinya telah berusaha memperdalam pemahaman serta pengertian tentang materi pelajaran.
Keadaan diatas sesuai dengan Teori Stimulus-Respon (S – R) yaitu Prinsip utama belajar adalah pengulangan. Bila S diberikan kepada obyek maka terjadilah R. Dengan latihan, asosiasi antara S dan R menjadi otomatis. Lebih sering asossosiasi antara S dan R digunakan makin kuatlah hubungan yang terjadi, makin jarang hubungan S dan R dipergunakan makin lemahlah hubungan itu (Herman Hudoyo, 1990 : 5).
Di dalam suatu kelas, tingkat kemampuan siswa cukup heterogen, sebagian dapat langsung mengeri pelajaran hanya satu kali penjelasan oleh guru, sebagian dapat mengerti bila diulangi dua atau tiga kali materinya dan sebagian lagi baru dapat mengerti setelah diulangi di rumah atau bahkan tidak dapat mengerti sama sekali.
Umumnya seorang guru mengatur kecepatan mengajarnya sesuai dengan keadaan rata-rata siswa dengan beberapa penyesuaian terhadap yang kurang mampu ataupun yang dianggap pandai. Walaupun demikian kemungkinan sebagian besar siswa cara belajarnya belum sesuai benar, bagi mereka masa belajar di kelas merupakan ajang untuk memulai materi. Pemberian tugas-tugas untuk diselesaikan di rumah, diperpustakaan maupun di laboratorium akan memberikan kesempatan untuk belajar aktif yang sesuai dengan irama kecepatan belajarnya. Hal ini merupakan pengalaman belajar yang sejati bagi individu yang bersangkutan.
Metode resitasi terstruktur ini dianggap efektif Imansyah Alipandie bila hal-hal berikut ini dapat dilaksanakan yaitu : merumuskan tujuan khusus yang hendak dicapai, tugas yang diberikan harus jelas, waktu yang disediakan untuk menyelasaikan tugas harus cukup (Imansyah Alipandie, 1984:93). Sudirman (1992:145) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan” langkah-langkah yang ditempuh dalam pendekatan pelaksanaan Metode Penugasan terstruktur yaitu:
1. Tugas yang diberikan harus jelas
2. Tempat dan lama waktu penyelesaian tugas harus jelas.
3. Tugas yang diberikan terlebih dahulu dijelaskan/diberikan petunjuk yang jelas, agar siswa yang belum mampu memahami tugas itu berupaya untuk menyelesaikannya.
4. Guru harus memberikan bimbingan utamanya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau salah arah dalam mengerjakan tugas.
5. Memberi dorongan terutama bagi siswa yang lambat atau kurang bergairah mengerjakan tugas (Sudirman, 1992 : 145)
Sedangkan Kelebihan Metode Penugasan atau Resitasi:
1. Tugas lebih merangsang siswa untuk untuk belajar lebih banyak , baik pada waktu di kelas maupun di luar kelas.
2. Metode ini dapat mengembangkan kemandiria siswa yang diperlukan kehidupan kelak.
3. Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam , memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
4. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri imformasi dan komunikasi.
5. Metode ini dapat membuat siswa bergairah dalam belajar karena kegiatan belajar dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan. (Sudirman Dkk, 1991 : 142 ).
Setiap ada kelebihan pasti ada pula kelmahannya, dibwah ini merupakan beberapa kekurangan dari metode penugasan (resitasi), yaitu::
1. Siswa sulit dikontrol, apa benar mengerjakan tugas ataukan orang lain
2. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
3. Sering memberikan tugas yang monoton, sehingga membosankan
Oleh karena itu, metode penugasan tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan. Maka guru perlu memperhatikan saran-saran pelaksanaan, sebagai berikut:
1. Merencanakan pemberian tugas secara matang.
2. Tugas yang diberikan hendaknya didasarkan pada minat dan kemampuan siswa.
3. Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi pelajaran yang telah diberikan.
4. Jenis tugas yang diberikan hendaknya telah dimengerti betul oleh siswa agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
5. Jika tugas yang diberikan bersifat tugas kelompok, maka pembagian tugas (materi tugas) harus diarahkan, termasuk batas waktu penyelesaiannya.
6. Guru dapat membantu menyediakan alat dan sarana yang diperlukan dalam pemberian tugas.
7. Tugas yang diberikan dapat merangsang perhatian siswa dan realistis.
8. Hasil tugas siswa dinilai oleh guru.
Untuk lebih jelasnya tentang rangkuman teori metode pembelajaran penugasan atau resitasi diatas seperti yang penulis amati dan mendapatkan informasi dari teman yang langsung terjun dalam observasi penelitian di Mts Salafiyah Kota Cirebon, bahwa kebanyakan guru yang mengampuh mata pelajaran Aqidah Akhlak menggunakan metode penugasan.
Mereka yang menggunakan metode penugasan berbeda alasannya, ada yang mengatakan metode penugasan hanyalah alat atau sarana untuk memudahkan guru dalam melakukan evaluasi. Adapula yang mengatakan ketika menggunakan metode penugasan itu menandakan materi yang disampaikan dikelas menurutnya belum mengenai tujuan yang diharapakan, sehingga metode penugasan selain digunakan sebagai wadah evaluasi juga digunakan sebagai penambah atau penyempurna materi yang belum disampaikan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di kelas.
Menurut Ibu Uul Ulfiyah S.Pd yang notabennya guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah juga menerapkan hal tersebut. Beliau menggunakan beberapa metode ketika memberikan materi di kelas. Penggabungan itu bukan tanpa alasan, menurutnya dengan beliau menggabungkan beberapa metode mempermudah untuk beliau menyampaikan materi. Selain mempermudah juga memberikan kesan yang membekas di benak siswa, karena dalam pembelajaran yang santai, nyaman, efektif dan efisien mampu meningkatkan kualitas hafalan dan daya ingat.
Selama mengajar sebagai guru mata pelajaran Aqidah Akhlak Ibu Uul Ulfiyah S.Pd selalu mengamati dan mengkoreksi setiap tugas yang di berikan kepada siswa disetiap pertemuannya. Dengan melakukan hal tersebut, menurutnya dapat mengetahui sejauh mana materi di serap dengan baik oleh siswa. Disamping itu, mengoreksi tugas siswa, mampu membantu dalam memahami karakter setiap siswa dengan melihat pekerjaan tugasnya dan karakter dari tulisannya. Keuntungan lainnya, ketika diberikan tugas, setidaknya meminimalisir siswa untuk pergi keluar rumah malam hari. Karena dengan adanya tugas, mereka setidaknya mengerjakan dengan membaca atau membuka kembali catatannya.
Setelah mengetahui beberapa pengalaman dan penerapakan metode penugasan di kelas, lalu apa hubungannya penugasan dengan prestasi belajar? Dapat ditarik beberapa alasan, sesuai pengalaman yang di alami subjek penelitian (Ibu Uul Ulfiyah S.Pd) hubungan pemberian tugas dengan peningkatan prestasi siswa memang benar ada peningkatan. Namun, peningkatan setiap siswa berbeda-beda sesuai dengan kemauan belajar dan dorongan atau motivasi dari lingkungan tempat tinggalnya.
Hal ini mengindikasi bahwa pemberian tugas atau metode penugasan serta pengaruhnya dengan peningkatan prestasi siwa mutlak terjadi adanya peningkatan di setiap siswa, namun peningkatannya bervariasi, sesuai taraf kemauan belajar dan motivasi lingkungan keluarganya. Dengan adanya alasan tersebut, maka dapat di tarik keismpulan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa tidak serta merta terjadi melalui metode pemberian tugas, namun ada keterkaitan antara teori motivasi, dan peningkatan prestasi.
Untuk itu Ibu Uul Ulfiyah menghimbau ketika menggunakan metode penugasan harus tahu karaktek masing-masing siswa, agar peningkatan prestasi belajar setiap siswa minimalnya setara, dan tidak ada kesenjangan setiap siswanya. Menurtnya pula, metode penugasan bukanlah metode terbaik, karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, guru dituntut menguasai beberapa metode yang mendukung ketika pembelajaran, agar tidak mengalami penurunan kualitas kompetensi guru di setiap tahunnya.
Suatu aktifitas dapat dikatakan atau dikategorikan prestasi atau hasil belajar apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Adanya perubahan tingkah laku.
2. Perubahan terjadi dari hasil pengalaman atau latihan.
3. Perubahan itu menyangkut berbagai aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
E. KESIMPULAN
Berdasarkan anlisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penugasan (rasitasi) dalam pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap perkembangan prestasi belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah (Mts). Indikator peningkatan prestasi belajar antara lain, siswa sudah lebih mampu memahami materi yang diberikan oleh guru, serta adanya perubahan baik dari segi tingkah laku, pemahaman atau kata-katanya. Setelah diterapkan beberapa kali, metode penugasan memnag mangalami peningkatan responden dalam praktenya. Selain itu siswa juga terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran Aqidah Akhlak. Partisipasi siswa meningkat setelah adanya penerapan metode penugasan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak, serta siswa sudah mampu mengatasi kesulitan belajar dengan banyaknya latihan yang diberikan dan siswa menjadi lebih disiplin serta bertanggung jawab dalam menyelesiakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
F. DAFTAR PUSTAKA
Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indoneisa (KBBI). Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Bukhori M. (1983). Teknik-teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars
Depdiknas, (2008). Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Siti Pratini. (2005). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Studing
Sudirman, dkk, (1984). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Sumandi Suryabrata. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Silahkan baca juga https://lampionilmu.blogspot.com/2017/09/makalah-tazir-qishos-dan-kaitannya.html?m=1
Silahkan baca juga https://lampionilmu.blogspot.com/2017/09/makalah-tazir-qishos-dan-kaitannya.html?m=1