Makalah Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Umar




A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan suatu hal yang paling pokok yang harus di penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara. Karena dengan pendidikan tersebut seorang bisa lebih maju, dengan pendidikan tersebut suatu kelompok atau golongan dapat dikatakan sebagai golongan yang berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan pendidikan suatu negara akan telihat dominan di mata dunia. Terselenggaraannya pendidikan secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan pengalaman sjaran agama. Al-qur’an dan Hadits merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya pendidikan agama yang di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing manusia kejalan yang lurus sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap individu manusia.
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman nabi Muhammad Saw sampai sekarang. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah mendapat perintah dari Allah melalui firmannya Qs. 74: 1-7, langkah awal yang ditempuh oleh nabi adalah menyeru keluarganya, sahabat-shabatnya, tetangga dan masyarakat luas. Pada masa nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan pendidikan islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pmerintahan islam dipegang oleh Khulafaurrasyidin dan wilayah islam telah meluas sampai di luar jazirah arab. Para khalifah ini memusatkan perhatiaannya pada pendidikan, syiarnya agama dan kokohnya agama islam.
2. Rumusan Masalah
            a. Sejarah kekhilafahan Umar bin Khatab
            b. Sistem Pendidikan di masa Umar bin Khatab
            c. Pendapat Kelompok Terhadap Pendidikan di masa Umar bin Khatab
3. Tujuan Penulisan
a. Menambah wawasan mahasiswa terhadap sejarah pendidikan islam
b. Mampu memahami sistem pendidikan pada masa Umar bin Khatab
c. Mampu merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari



B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khatab
            Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatab sebagai penggantinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Umar bin Khatab menjadi khalifah melalui proses musyawarah Abu Bakar dengan para pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar ini ternyata dapat diterima oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai’at kepada Umar bin Khatab. Umar bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun Umar bin Khatab tidak mau disebut sebagai khalifah, namun diganti oleh beliau menjadi Amirul Mu’minin.
            Kekhalifahan masa pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama, yakni 10 tahun, digunakan untuk memperluas wilayah daulah Islamiah dan melakukan berbagai program pembangunan. Pada masa khalifah Umar bin Khatab kekuasaan Islam meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Beliau juga melakukan usaha pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu membagi wilayah bentuk provinsi. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif dengan mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum, mendirikan baitul mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.
            Usaha memperluas wilayah Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, dilanjutkan oleh Umar bin Khatab dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar bin Khatab meliputi Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Sebelum Islam masuk ke negara tersebut, mereka telah memilki kebudayaan dan peradaban lama. Seperti keteraturan dalam bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka memerlukan pemikiran cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan pendidikan.
            Panglima-panglima Islam setelah memenagkan peperangan disuatu daerah atau kota, mereka akan mendirikan masjid. Karena masjid pada saat itu selain digunakan sebagai peribadatan juga digunakan sebagai kegiataan lainnya yang berhubungan dengan kemasyarakatan, terutama kegiataan pendidikan.
Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul dikalangan muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan hal ini Abu bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam. Kebijakan Abu bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.[1] Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung Arabia, palestina, syiria, irak, persia dan mesir.[2]
            Dengan meluasnya wilayah islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
            Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang berpengaruh tidak diperbolehkan untuk keluar kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat islam yang ingin belajar Hadits harus pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan pendidikan adalah terpusat di Madinah.[3]
            Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab, tampaknya khalifah memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk itu, Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
            Berkaitan dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan
serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran islam yang lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam. pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar.
Diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab ke daerah adalah Abdurahman bin Ma’qal dan Imron bin Hasyim. Kedua orang ini ditempatkan di Basyroh.
[1] Badri Yatim, Sejarah Pendidikan Islam, 37.
[2] Hanun Ashrohah, Sejarah Pendidikan Islam, 34.
[3] Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Filsafat Islam, 51.
Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan Hasan bin Abi jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pendidik adalah Umar dan para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada Rosulullah dan meiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya selain di Madinah adalah Mesir, Syiria dan Basyrah.
            Meluasnya kekuasaan islam, mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar, karena mereka yang baru menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama islam. Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin kegamaan.[4]
            Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al-qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab yang sudah tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
            Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di masa khalifah Umar bin Khatab lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara berada dalam kondisi atau keadaan aman dan stabil, ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam di berbagai kota dengan materi ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah pengaturan gubernur yang berkuasa
saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada waktu itu diambilkan dari berbagai daerah yang ditaklukkan dan dari baitumal.[5]
Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif drngan eksekutif dengan mendirikan lembaga
 


[4] Hanun Ashrohah, Ibid, 17.
[5] Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam,118.
pengadilan, memebentuk jawatan pekerjaan umum.mendirikan Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan menetapkan tahun hijriah.
Menurut Umar memiliki ilmu artinya mengharuskan adanya usaha untuk belajar, beliau juga pernah mengatakan “Wahai manusia, tuntutlah ilmu, sesungguhnya Allah memiliki suatu baju yang disenangi-Nya, dan siapa saja yang belajar atau menuntut ilmu walau satu fasal, maka akan dilindungi oleh Allah dengan baju-Nya itu.”[6] Ucapan itu menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau terhadap pendidikan. Beliau memberikan dorongan dan semangat kepada umat agar giat menuntut ilmu, karena kemajuan suatu banggsa hanya akan diperoleh dengan penguasaan ilmu. Manusia dengan ilmunya, akan luas pula pandangan hidupnya.
Akhirnya Umar bin Khattab meninggal dunia karena dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Sebelum ajalnya tiba Umar membentuk tim 6 yang terdiri dari Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah Umar bin Khattab wafat tim yang enam orang ini bermusyawarah untuk memilih khalifah yang baru.
            Melalui proses pemilihan oleh tim 6 tersebut, Utsman berhasil terpilih menggantikan Umar bin Khattab.
B. SISTEM PENDIDIKAN UMAR BIN KHATAB
1. Tenaga Pendidik
            Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari kalanagan pria sejati. Rosulullah Saw mengenalnya di lembah-lembah dan di jalan-jalan Mekah. Beliau berangan-angan, kiranya Allah membukakan qalbunya untuk menerima Islam. Beliau memanjatkan permintaan kepada Allah Swt seperti berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah satu Umar.” (HR. Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah. Setelah Umar masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab mencapai hasil yang gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
            Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab, penguasa memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang berbeda kebudayaannya dengan Islam. Untuk itu Umar memeritahkan beberapa panglima perangnya agar jika berhasil menguasai suatu kota, hendaknya
[6] Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam, 107.
mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan itu Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan, yang mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
            Adapun pengajar pada masa Umar ialah Abu Musa Al-asy’ari gubernur Bashrah adalah seorang Fuqoha, ahli hadits dan Al-qur’an. Ibnu Mas’ud di kirim ke Kufah sebagai guru, ia adalah ahli tafsir dan fiqh, juga periwayat hadts. Muadz bin Jabbal mengajar di Palestina,  ‘Ubadah di Hims dan Abu Darda di kirim ke Damaskus untuk mengajarkan ilmu agama dan Al-qur’an. Sedangkan Amru bin Ash seorang panglima dari Khalifah Umar berhasil menguasai Mesir, ia adalah seorang yang memiliki keahlian dalam hadits, terkenal sebagai pencatat hadits Nabi. Sedangkan di Madinah yang merupakan gudangnya ulama, seperti Umar sendiri adalah seorang yang memiliki keberanian dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin Umar adalah pengumpul hadits. Ibnu Abbas seorang ahli tafsir Al-qur’an dan ilmu faraid. Ali sebagai ahli hukum juga tafsir, Zaid bin Tsabit sebagai ahli Al-qur’an serta ilmu faraid.
2. Peserta Didik
            Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari masyarakat Mekah dan Madinah. Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji pengetahuan keagamaan hingga mahir, alim dan mendalam penguasaannya di bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk sikap mental kegamaan adlah seluruh umat Islam yang ada di Mekah dan Madinah. Adapun sasaran pendidikan Islam dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu agama, sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang selanjutnya menjadi ulama.
3. Materi Pendidikan
            Materi pendidikan yang diajarkan adala materi yang berkaitan dengan keagamaan yakni Al-qur’an, hadits, hukum Islam, kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan, keamanan dan kesejahteraan. Dengan meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Rosulullah, khususnya menyangkut hadits nabi sebagai salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya ada dalam ingatan para sahabat dan sebagai alat bantu untuk menafsirkan Al-qur’an.
            Selain itu pengajaran bahasa arab juga sudah ada, ada pula yang mengajarkan belajar membaca, menulis serta menghafal Al-qur’an, serta belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara berwudhu, sholat, puasa dan sebagainya. Umar bin Khatab juga mengintruksikan kepada penduduknya untuk diajarkan kepada anak-anak seperti berenang, berkuda, memanah, membaca syair-syair dan peribahasa.
            Dengan demikian pengajaran rendah mulai masuk dalam Islam adalah antara gerak dan membaca syair-syair mudah, serta peribahasa. Sebelum itu hanya membaca Alqur’an saja. Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah terdiri dari Al-qur’an dan tafsirnya, Hadits dan Fiqh (Tasyri).
4. Lembaga Pendidikan
            Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar bin Khatab, tidak berbeda dengan masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab, Masjid, Suffah dan Madrasah.
a. Kuttab
            Kuttab sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya mengajarkan kepada anak-anak dalam hal membaca dan menulis, serta sedikit pengetahuan-pengetahuan agama.
b. Masjid
            Masjid sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada masa permulaan Islam belum terdapat sekolah formal seperti yang ada pada masa sekarang. Pelaksanaan kependidikan pada masa Khalifah Umar bin Khatab tidak jauh dengan Nabi Saw. Namun, terdapat beberapa perkembangan daerah lebih maju sesuai dengan situasi dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasar-dasar pendidik yang dilaksanakan pada masa Nabi Saw.
c. Madrasah
            Madrasah di Mekah. Guru yang pertama mengajar di Mekah, setelah penduduk Mekah takluk ialah Muadz bin Jabbal yang mengajarkan Al-qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengan halal dan haramnya perbuatan. Sedangkan melalui Abdullah bin Abbas pembangunan madrasah Mekah diperluas, sehingga termasyhur seluruh negara Islam.
            Madrasah di Madinah. Madrasah di Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya, karena disanalah tempat para sahabat besar mengajarkan ilmunya yaitu Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit serta Abdullah bin Umar.
            Madrasah di Bashrah. Ulama dan para sahabat yang termasyhur di Bashrah antara lain Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-asy’ari adalah ahli fiqh dan ahli hadits, serta ahli Al-qur’an. Sedangkan Anas bin Malik lebih termasyhur dalam Hadits. Madrasah di Bashrah juga melahirkan Hasan al-Bashry dan Ibnu Sirin.
            Madrasah di Kuffah. Ulama dan para sahabat yang tinggal di Kuffah ialah Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali mengajarkan urusan politik dan peperangan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan Ibnu Mas’ud adalah mengajarkan Al-qur’an dan ilmu agama seperti tafsir, fiqh dan Hadits.
            Madrasah di Damaskus. Setelah Syam (syiria) menjadi bagian dari sistem kekhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam, maka Khalifah Umar mengirim Muadz bin Jabbal, Ubadah dan Abu Darda. Mereka mengajarkan Al-qur’an dan Ilmu-ilmu agama di negeri Syam pada tiga tempat, yaitu Abu Darda di Damaskus, Muadz bin Jabbal di Palestina dan Ubadah di Hims.
            Madrasah di Fistat (Mesir). Setelah Mesir menjadi bagian dari sistem kakhilafahan di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam, Mesir menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama mula-mula mendirikan madrasah di Mesir ialah Abdullah bin ‘Amr bin Ash di Fistat (mesir lama).
C. PENDAPAT KELOMPOK
            Dilihat dari uaraian di atas, maka dapat disimpulkan atau dapat di realisasikan pada masa sekarang ialah:
1) Pada masa Umar bin Khatab, para guru atau pengajar itu sudah digaji oleh negara, begitupun dengan masa kini. Guru atau pengajar serta pegawai negeri atau pejabat pemerintahan itu digaji juga oleh pemerintah yang bersangkutan. Namun, perbedaannya ialah pada zaman Khulafaur Rasyidin mendapatkan harta atau kekayaan karena perluasaan wilayah islam kemudian dari hasil rampasan perang, serta hasil dari pajak bangunan dan tanah. Akan tetapi, pada masa sekarang yang membedakan dengan masa Khulafaur Rasyidin ialah hasil yang di dapat oleh suatu negara itu dari berbagai macam, mulai dari pajak bangunan dan rumah, bea cukai dari pengimporan barang, pajak perusahaan serta berbagai macam pajak yang lainnya.
2) Proses pembelajaran pada Masa Khulafaur Rasyidin khususnya masa Umar itu guru atau pengajar berada di depan masjid kemudian para murid mengelilingi gurunya, akan tetapi yang terjadi di masa sekarang ialah, hampir sama dengan apa yang di lakukan pada masa Umar, namun sekarang ini justru lebih gampang untuk mengajar, karena ditunjang oleh media yang canggih, misalnya dengan menggunakan media power point yang akan membantu guru untuk mempresentasikan bahan apa yang akan diajar. Untuk siswa atau murid juga dapat memperoleh bahan tambahan yang lainnya dengan mudah dan cepat, apabila mereka masih kurang atas pengajaran guru di kelas, mereka dapat mengakses dengan mudah di internet.
3) Kurikulum yang di tetapkan pada masa Umar bin Khatab mungkin tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah terhadap pendidikan di indonesia. Namun, pada masa sekarang lebih banyak terkait kurikulum yang diajarkan, terutama untuk para guru dalam mengajar harus memiliki kemampuan membuat metode atau modul pembelajaran.
4) Sasaran pendidikan pada dulu ialah membentuk sikap mental keagamaan, adapun dalam arti khusus ialah membentuk ahli ilmu agama. Adapun pada masa sekarang ini dengan menggabungkan keduanya, dengan kata lain sasaran pendidikan ialah menjadikan siswa yang cerdas, pintar dalam bidang keilmuwan selain itu juga cerdas spiritualnya, artinya sehat dan memiliki akhlak yang baik yang sesuai dengan ketentuan agama.




D. PENUTUP
            Berdasarkan uaraian dan analisa sebagaimana di atas, dapat dikemukakan analisis dan kesimpulan sebagai berikut:
            Pertama, pendidikan pada zaman Khulafaur Rasyidin khsususnya Umar bin Khatab secara umum masih sama keadaannya dengan pendidikan yang berlangsung di zaman Rosulullah Saw sebagaimana tersebut di atas. Hal ini terjadi, karena para Khulafaur Rasyidin pada dasarnya orang-orang yang mengikuti garis hidup yang sedapat mungkin sesuai dengan  garis hidup yang diajarkan oleh Rosulullah Saw.
            Kedua, walaupun masih sederhana, pendidikan pada zaman Umar bin Khatab sudah memerhatikan berbagai komponen yang diperlukan. Yaitu komponen visi, misi, tujuan kurikulum, proses belajar mengajar, guru, murid, sarana prasarana, pembiayaan, serta evaluasi pendididkan dan pengajaran sudah ada, walaupun sifatnya masih sederhana.
            Ketiga, bahwa pendidikan yang dilakukan Umar bin Khatab ada yang tergolong berhasil dan ada yang tergolong kuarng berhasil. Pendidikan yang tergolong berhasil anatara lain dapat dari uapaya mengembalikan dan menyadarkan orang-orang yang membangkang terhadap islam, mengumpulkan, menyalin, dan membukukan Al-qur’an, serta lahirnya sejumlah ulama dari kalangan para sahabat dan tabi’in. Adapun pendidikan yang tergolong kurang berhasil antara lain ditandai dengan pemberontakan, peperangan, bahkan pembunuhan, yang membawa perpecahan umat ke dalam kelompok yang satu dengan yang lainnya hingga saat ini sulit dipersatukan atau dipertemukan. Kelompok tersebut antara lain kelompok Sunni, Syiah dan Khawarij.




DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nizar, Syamsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Taqiyuddin. 2016. Sejarah Pendidikan Islam, Cirebon: CV. Pangger.

Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Related Posts:

0 Response to "Makalah Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Umar"

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Nama Ikbal Amrulloh, lahir di kota Brebes pada tanggal 8 maret 1997. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan strata satu program study Pendidikan Agama Islam di IAIN Syekh nurjati, Cirebon lulus tahun 2019. Sekarang Penulis mengajar di SDN Cimohong 03.