BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semakin
berkembangnya dunia dari
tahun ketahun mengakibatkan banyak perubahan dalam diri dunia islam. Baik dari
segi agama, penddidikan, politik dan seterusnya. Terutama dalam bidang
penddidikan, akibat adanya sikap serba boleh dan pemanjaan dari orang tua,
banyak anak-anak terjerumus pada pergaulan yang mengabaikan syari’at. Banyak
kaum wanita melupakan fitrohnya menjadi seorang ibu yang berkewajiban mendidik
putra-putrinya.
Sehingga
mengakibatkan dunia anak sia-sia. Pemberian andal yang cukup banyak dalam
kesia-sian tersebut adalah metode pendidikan barat yang tampaknya telah menjadi
kiblat pendidikan kita. Sebenarnya islam mempunyai metode pendidikan yang
sempurna kepada umat manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu
dalam makalah ini kami sedikit membahas tentang metode-metode pendidikan dalam
islam.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah yang
dimaksud pendekatan dan metode pendidikan ?
b.
Bagaimana pendekatan dan metode dalam
pendidikan?
3. Tujuan pembahasan
a. Mampu
mengetahui pendekatan dan metode pendidikan dalam Islam
c. Mampu
menerapkan pendekatan serta metode pendidikan dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN METODE
Metode
atau metoda berasal dari bahasa yunani, yaitu metha dan hodos. Metha
berarti melalui atau melewati dan Hodos
berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode disebut thoriqoh.
Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran. Jadi, metode pengajar
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan
pengajaran.
Para ahli memberikan beberapa
definisi tentang metode pengajar sebagai berikut:
1. Hasan langgulung mengemukakan bahwa
metode mengajar adalah cara atau
jalan yang harus tercapai tujuan pengajaran
2. Abdul
rahman ghunaimah
mendefinisikan metode mengajar dengan cara-cara yang peraktis dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Al-Abrasyi mengemukakan pengertian
kepada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran.
Metode mengajar yang
umum dikenal dengan dunia pendidikan hingga sekarang adalah metode ceramah,
metoe diskusi, metode eksprimen, metode demontrasi, metode pemberian tugas,
metode sosiodrama, metode
drill, metode kerja kelompok, metode tanya
jawab, metode proyek, metode
bersyarah, metode simulasi, metode model, metode karya wisata dan sebagainya.
Semua
metode ini dapat dipergunakan berdasarkan kepentingan masing-masing, sesuai
enganpertimbangan bahan yang akn diberikan serta kebaikan dan keburukannya
masing-masing. Dengan
kata lain, pemilihan dan penggunaan metode tergantung pada nilai efektivitasnya masing-masing. Selama
tidak nbertentangan dengan prinsip-prinsip agama islam, metode tersebut boleh
dipergunakandalam pendidikan islam.
Metode
pendidikan islam adalah cara-cara yang digunakan dalam mengembangkan potensi
peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan islam, maka metode mengajar itu termasuk metode pendidikan. Itu berarti
bahwa masih ada metode-metode lain
yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik.
Metode-metode tersebut akan dijelaskan secara khusus.[1]
B. PENDEKATAN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Pendekatan
berarti proses perbuatan, dan cara mendekati. Dari pengertian ini pendekatan
pendidikan dapat diartikan suatu proses , perbuatan dan cara mendekati serta mempermudah
pelaksanaan pendidikan. Jika dalam kegiatan pendidikan metode berfungsi sebagai
cara mendidik, maka pendekatan
berfungsi sebagai alat bantu agar penggunaan metode tersebut mengalami
kemudahan dan keberhasilan. Selain metode-metode memiliki peranan penting dalam
kegiatan pendidikan islam, pendekatan-pendekatan juga menempati posisi yang
berarti pula untuk memantapkan penggunaan metode-metode tersebut dalam proses
pendidikan, terutama proses belajar mengajar.
Pendekatan
pendidikan islam yang seharusnya dipahami dan dikembangkan oleh para pendidik
meliputi:
1. Pendekatan
psikologis, yang tekanannya diutamakan pada
dorongan-dorongan yang bersifat persuasif
dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakan daya kognitif(mencipta
hal-hal yang baru), konatif(daya untuk berkemauan keras), dan afektif(kemampuan
yang menggerakan daya emosional).
Ketiga daya psikis tersebut dikembangkan dalam ruang lingkup penghayatan dan pengamalan
ajaran agama dimana faktor-faktor pembentukan kepribadian yang berproses melalui
individualisme dan sosialisasi bagi hidup dan kehidupannya menjadi titik
sentral perkembangannya.
2. Pendekatan
social cultural yang
ditekan kan pada usaha pengembangan
sifat pribadi dan sosial
sesuai dengan tuntunan masyarakat, yang berorentasi kepada kebutuhan hidup yang
semakin maju dalam berbudaya dan
berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan inovasi kearah sifat hidup
yang alloplastis (bersifat
membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya),
bukannya bersifat auto
plastis (hanya
sekedar menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang ada).
3. Pendekatan
Religik.yakni
suatu pendekatan yang membawa keyakinan dan keimanan dalam pribadi anak didik
yang cenderung kearah kompresif,
intensif dan ekstensif (mendalm
meluas). Pandangan yang demikian terpacar dari sikap bahwa segala ilmu
pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nila-nilai ketuhanan. Sikap
yang demikian harus di internalisasikan (dibentuk dalam
pribadi) dan
di eksternalisasikan (dibentuk
dalam kehidupan diluar diri pribadinya).
4. Pendekatan
historis,
yang ditekan kan
pada usaha pengembangan pengetahuan,
sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan. Dalam hubungan ini
penyajian serta faktor
waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikin pula faktor keteladanan
merupakan proses identifikasi dalam rangka mendorong penghayatan dan pengamalan
agama.
5. Pendekatan
kompratif, yaitu pendekatan yang dilakukan
dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang ditetapkan
selaras dengan situasi dan zamannya. Pendekatan kompratif ini sering diwujudkan
dengan bentuk kompratif studi, baik dibidang hukum dan agama dan antara hukum dan agama itu
sendiri dengan hukum
yang lain yang berjalan, seperti hukum
adat, hukum pidana dan
lain-lain.
6. Pendekatan
filosofis, yaitu pendekatan yang
berdasarkan tinjauan atau pandangan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada
usaha mencapai kebenaran dengan memakai akal atau rasio. Pendekatan filosofis
sering dipergunakan sekaligus dengan pola berfikir yang rasional dan
memandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli filsafat dari berbagai
kurun zaman tertentu beserta aliran filsafatnya.
Pendekatan
dalam pendidikan islam merupakan suatu cara untuk mempermudah dalam
kelangsungan belajar. Sehingga tercapai tujuan pendekatan yang diharapkan dan
lebih bisa menunjukan keberhasilan pendidik anak didik yang berdasarkan skill
yang dimilikinya.[2]
C. METODE
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Metode
dalam pendidikan islam mempunyai peranan penting dalam mewujudkan tujua-tujuan
yang diciptakan bersama. Karena itu metode menjadi sebuah sarana yang bermakna
dalam menyajikan pelajaran, sehingga dapat mmbantu siswa memahami untuk mereka.
Bahwa tanpa metode suatumateri pelajaran tidak akan dapat memproses secara
efision dan efektif dalam pndidikan.
Ada
tiga pendekatan dalam kajian pendidikan yaitu pendekatan historis,
filosofis, dan sosiologis.
Pendekatan Historis adalah
pendekatan keilmuan dengan sejarah. Pendekatan ini dikomprasikan dengan fakta
yang terjadi dan berkembang dalam waktu dan tempat-tempat tertentu untuk mengetahui
persamaan dan perbedaan dalam suatu
permasalahan. Pendekatan filosofis
adalah pendekatan yang berhubungan dengan kehidupan sosial ketiga pendekatan
ini sangat berguna untuk mempelajari data yang relevan dengan permasalahan
pendidikan.
Ada
beberapa metode dalam melaksanakan pendidikan islam setidaknya ada 15 metode yaitu, ceramah,
Tanya jawab, mengambil pelajaran, mengkongkritkan masalah, penugasan, peragaan
diskusi member perumpamaan, kunjungan ilmiah, korespondensi, hafalan, member
pemahaman, memberikan pengamalan, mempermudah dan mengembirakan. Membagi
metode-metode islam menjadi 16 macam yaitu berfikir, indukatif,
deduktif, praktek, jihad, situasional, kelompok, intruksional, cerita, bimbingan, dan
penyuluhan serta pemberian
contoh dan teladan, diskusi, soal-jawab misal khitbah, targhib dan
tarhieb.
Dari
dua teori diatas tampaknya metode-metode pendidikan isla cukup banyak, namun
dalam keragaman metode tersebut antara yang satu dengan yang lainya memiliki
kesamaan. Jika dikomandasikan berdasarkan dua teori diatas, maka metode-metode
pendidikan islam dan dibagi kedalam 10
macam, sesuai dengan metode-metode tersebut:
1. Metode Ceramah
adalah cara penyampaian materi
pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada pesera
didik, metode ini agak identik dengan tausiyah dan khutbah.
وما علينا الا البلغ المبين (١٧:يس)
“Dan kewajiban kami ialah menyampaikan
(perintah Allah) dengan jelas”. (17:Yasin)
2. Metode
Tanya-jawab
Adalah
dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara sementara pihak lainya
memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat
memberikan pertanyaan ataupun jawaban. Tanya jawab merupakan salah satu metode yang
menggunakan basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa
dimodifikasi
sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang bertanya
dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab pertanyaan dari
gurunya.
Didalam Al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar
manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus yang ada.
Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan Qur’an terdapat didalam
surat Ar-Rahman. Disini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan
bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam mendidik,
hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit
dan bumi.
Pada setiap ayat atau beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu,
manusia berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Dia tidak
akan dapat mengingkari apa yang di inderanya dan diterima oleh akal serta
hatinya. Ayat itu adalah Ar-Rahman ayat 13 :
فبأي ءالآء ربكم تكذبان (١٣:الرحمن)
“Maka
nikmat rabb kalian manakah yang kalian dustakan?” (13:Ar –Rahman).
3. Metode I’tibar
Pendidik
yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengertian dari
sebuah peristiwadan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan
penyampaian metode cerita atau ceramah.
4. Metode Raistasi
adalah metode pendidikan dengan
pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja
kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu
pengetahuan lebih efektif.
5. Metode Diskusi
Pendidikan
yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, prndapat dengan menetapkan pengertian
dan sikap terhadap suatu masalah.dengan metode ini peserta didik akan titik
kebenaran.
6. Metode Tamsiliyah atau Perumpamaan
adalah cara memberikan perumpamaan
kepada yang lebih faktual.
Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada
pesserta didik.
7. Metode Maktubah
adalah pendidikan dengan cara
korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema dengan metode ini
hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan
terkumpul dalam tulisan.
8. Metode Tafhim
adalah pendidikan dengan cara
memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atu dengan guru
pendidik. Dengan metode ini peserta didik akan dituntut lebih aktif mendapatkan
makna secara mendalam terhadap bahan
yang diterimanya.
9. Metode Cerita
adalah pendidikan dengan membacakan
sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik
dapat menyimak kisah-kisah yang disimak oleh guru, kemudian mengambil pelajaran
dari cerita tersebut metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan
yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik, berupa perilaku
nyata, khususnya perilaku dan anak.
10. Metode Aqustion atau Self education
adalah metode pendidikan diri
sendiri. Pendidikan dengan metode self education dilakukan dengan memberikan
dorongan agar peserta didik dapat belajar dan membina diri mereka sendiri,
setelah itu barulah dapat membina orang lainya.
Berdasarkan
dari penjelasan
diatas jelaslah bahwa pentingnya metode
dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru
menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas
menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam
pendidikan islam.[3]
Abdurrahman
An-Nahlawi (1989-284) mengemukakan bahwa ada
beberapa metode yang dipergunakan dalam pedidikan islam, yaitu sebagai berikut:
a. Pendidikan
dengan Hiwar Qurani dan Nabawi
Hiwar (dialog)
ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui Tanya jawab
mengenai suatu topik
yang mengarah kepada suatu tujuan. Hiwar
Qurani merupakan dialog yang berlangsung kepada Allah dan
hambanya.sedangkan hiwar nabawi
adalah dialog yang digunakan oleh nabi dalam mendidik sahabatnya.
b. Pendidikan dengan kisah
Qurani dan Nabawi
Dalam pendidikan islam, kisah
mempunya fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian
lain dari bahasa, hal ini disebabkan kisah Qurani dan Nabawi memiliki beberapa
keistimewaan yang membuatnya mempunyai efek psikologis dan edukatif yang
sempurna, rapi, dan jauh jangkauannya seiring dengan perkembangan zaman.
c. Pendidikan dengan
perumpamaan
Pendidikan dengan perumpamaan
dilakukan dengan menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang kebaikan dan
keburukannya telah diketahui secarah umum, seperti menyerupakan orang-orang
musyrik yang menjadikan pelindung selain Allah dengan laba-laba pembuat
rumahnya (Qs.Al-Ankabut(29):41).
Adapun tujuan Pedagogis yang paling
penting yang dapat ditarik dari perumpamaan adalah
1) Mendekatkan makna kepada pemahaman
2) Merangsang kesan dan pesan yang
berkaitan dengan makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
3) Mendidik akal supaya berfikir benar dan
menggunakan kias yang logis dan sehat
4) Menggerakan perasaan yang menggugah
kehendaknya dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi
kemungkaran.
d. Pendidikan dengan
Teladan
Pendidikan dengan teladan dapat
dilakukan oleh pendidik dengan menampilkan perilaku yang baik didepan peserta
didik. Penampilan perilaku yang baik dapat dilakukan dengan sengaja maupun
dengan tidak sengaja.
Keteladanan
yang sengaja adalah keadaan yang sengaja diadakan oleh pendidik agar dimiliki atau ditiru oleh peserta didik,
seperti memberikan contoh membaca yang baik dan mengerjakan sholat dengan
benar. Keteladanan ini disertai penjelasan atau perintah agar diikuti.
Keteladanan yang tidak disengaja ialah keteladanan dalam keilmuan,
kepemimpinan, sifat keikhlasan dan sebagainya.
e. Salah satu metode yang
digunakan oleh nabi Saw dalam mendidik para sahabatnya adalah dengan latihan,
yaitu memberikan
kesempatan kepada para sahabat untuk mempraktikan cara-cara melakukan ibadah
secara berulang kali. Metode seperti ini diperlakukan oleh pendidik untuk
memberikan pemahaman dan membentuk keterampilan peserta didik.
f. Pendidikan dengan ‘Ibrah dan Mau’idhah
Pendidikan dengan ‘ibrah
dilakukan oleh pendidik dengan mengajak peserta didik mengetahui inti sari suatu
perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi, ditimbang-timbang, diukur dan
diputuskan oleh manusia secara nalar, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi
hati.
Pendidikan
dengan mau’izhah adalah pemberian nasihat dan peringatan akan kebaikan
dan kebenaran dengan cara menyentuh qalbu dan menggugah untuk mengamalkannya
f. Pendidikan dengan Targhib
dan Tarhib
Targhib
adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap suatu
maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti dan baik serta bersih
dari segala kotoran. Sedangkan Tarhib
adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang
dilarang oleh Allah atau karena lengah menjalankan kewajiban yang
diperintahkan Allah.
Mendidik
dengan Targhib
adalah menyampaikan hal-hal yang menyenangkan kepada peserta didik agar ia mau
melakukan sesuatu yang baik.[4] Sedangkan mendidik dengan Tarhib ialah
menyampaikan akibat atau hal-hal yang merugikan terhadap peserta didik agar ia
menghindari perilaku tersebut, untuk sesuatu yang lebih baik.
D. ASAS-ASAS METODE PENDIDIKAN ISLAM
Dr. M. Saleh Muntasir menjelaskan
bahwa asas metode pendidikan dalam penyampaian pelajaran adalah menghindarkan
ketegangan dan suasana yang menakutkan pada peserta didik, dengan menggunakan
pelatihan-pelatihan yang intensif, memberikan contoh dan tingkah laku yang
baik, partisipasi yang
memadai pada peserta didik, serta memandang bahwa segala aktivitas yang dilakukan
merupakan ibadah, asal berangkatnya dengan bismillah
sebagai penghambaan tugas selaku wakil Allah Swt.
Prof.
Dr. Mukhtar Yahya
merumuskan empat asas umum metode pendidikan islam, yaitu sebagai berikut:
1. At-Tawasu
filmuqashidu fillah
Prinsip yang
mengarahkan agar mempelajari ilmu pengetahuan yang dituhu, bukan ilmu yang
berfungsi sebagai alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Prinsip ini
dilakukan karena adanya suatu asumsi bahwa ilmu pengetahuan diklasifikasikan
menjadi dua macam, yaitu ilmu yang digunakan untuk dzatnya sendiri seperti ilmu
agama dan ilmu yang berfungsi sebagai alat untuk membantu ilmu-ilmu lain
seperti ilmu nahwu dan shorof.
2. Mura’at Al-Isti’dad wa Thab’i
Prinsip yang mengindahkan kecenderungan dan
perwatakan atau pembawaan peserta
didik dan pendidik. Para ahli memandang bahwa peserta
didik mempunyai kecenderungan dan pembawaan sejak lahir. Implikasi dalam metode
ini adalah bagaimana pembawaan
metode itu diterapkan dengan disesuaikan dan diselaraskan dengan kecenderungan
dan pembawaan peserta didik.
Al-Farabi
dalam bukunya Ay-Syiasi
menyatakan bahwa anak ada kalanya mempunyai bakat jelek, seperti mempunyai
kecenderungan jahat dan bodoh,
sehingga sulit diharapkan kecerdasan dan kecakapan bagi anak model ini.
Demikian juga anak yang mempunyai pembawaan luhur sehingga mudah dididik.
3. At-Tadarruj fi At-Talqin
Maksudnya adalah berangsur-angsur
dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Prinsip ini diterapkan berdasarkan
asumsi bahwa penerimaan pengetahuan kmampuan menguasai pada tahap awal. Hal ini
disebabkan anak mempunyai otak yang masih sangat minim, sehingga metode
pemberian pengetahuan dan keterampilan secara berangsur-ansur.
Aplikasi
prinsip ini menurut ibnu khaldun dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu
sebagai berikut:
a. Marhala ula
Pendidik
memberikan beberapa permasalahan yang menjadi topic pokok suatu bab, lalu
menerangkannya secara global dengan memperhatikan kesanggupan otak peserta
didik untuk memahaminya.
b. Marhala tsaniyah
pengulangan mempelajari tiap-tiap
bab dari
suatu mata pelajaran dengan keterangan dan penjelasan lebih luas sebagai tangga
untuk mempelajari secara mendalam.
c. Marhala tsalitsah
dipelajari setiap mata pelajaran
dengan mendalam, sehingga peserta didik dapat menguasai setiap permasalahan.
4. Min Al-Mahsus ila Al-Ma’qul
Prinsip yang ditetapkan dari pembahasan
yang rasional. Proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan cara memberikan
metode yang dimulai dari pelajaran yang dapat ditangkap oleh panca indra
kemudian diteruskan pada pelajaran yang rasional. Dalam hal ini, seorang
peserta didik dapat meneliti dan memperhatikan bahan-bahan yang dapat ditangkap
dengan panca indra kemudian dioleh dengan pelatihan olah piker, sehingga
mendapatkan pemahaman yang rasional.
Untuk
merealisasikan prinsip ini, Al-Abdari dalam bukunya Al-Madkhal
mengemukakan langkah- langkah praktis dalam operasionalnya, yaitu sebagai
berikut.
a. Pendidik memulai dengan masalah pertama
dari suatu pelajaran dengan menguraikan isi buku yang akan diajarkan sehingga
peserta didik memahaminya.
b. Memaparkan pendapat ulama-ulama yang
diketahui dalam masalah tersebut. Apabila dalam pendapat tersebut terjadi
pertentangan, pendidik dapat menerangkan pendapatnya dengan dasar hukum dan
alas an pendapat masing-masing.
c. Kemudian pendidik kembali pada
pendapatnya, sehungga pendapat lain dapat diterangkan dengan
sanggahan-sanggahan yang kemudian akan diterima atau ditolak oleh peserta
didik.
d. Setelah itu, bandingkan masalah tersebut
dengan masalah-masalah yang serupa, berbeda, atau mendekatinya.
e. Kemudian cabangkan permasalan yang
dipelajari sebagai penerapannya.
f. Untuk menyelesaikan cabangkan
permasalahan yang dipelajari sebagai penerapanya.
g. Untuk menyelesaikan penerapan ini,
pendidik dapat memberikan kebebasan pada peserta didik untuk beranya jawab
serta mengemukakan keberatan-keberatan yang kemudian dijawab dan dijelaskan
oleh pendidik.
Prof. Dr. omar Muhammad At-Toumy
Asy-Syaibani menyatakan bahwa seseorang pendidik perlu memperhatikan tujuh
prinsip pokok metode pendidikan islam
1) Mengetahui
motivasi, kebutuhan dan minat peserta didiknya.
2) Mengetahui tujuan
pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.
3) Mengetahui tahap
kematangan, perkembangan, serta perubahan pesrta didik.
4) Mengetahui
perbedaan-perbedaan individu didalam diri peserta didik.
5) Memperhatikan
kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan
kelanjutannya, keasliaanya, pembaruan dan kebebasan berfikir.
6) Menjadikan proses
pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi peserta didik.
7) Menegakan uswatun hasanah.[5]
BAB
III
ANALISIS
KRITIS
Berdasarkan uraian dan analisis
sebagaimana terse but
diatas, dapat dikemukakan beberapa catatan penutup sebagai berikut:
Terlihat
tamapak masih dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat dari pada kepentinga
individu, nilai-nilai, ajaran dan norma yang ada dimasyarakat harus ditanamkan
kedalam diri manusia. Pendidikan masih tampak pemaksaan. Hal ini menunjukadengan
ajaran masih kuatnya pengaruh ideologi pendidikan perenialis normative yang
bertumpu pada ajaran wahyu. Sementara itu, berbagai kebutuhan individual
manusia sesuai bakat, minat dan kecenderungannya, belum mendapatkan perhatian
yang semestinya. Hal ini agak kurang sejalan dengan ajaran islam yang
menekankan pentingnya mewujudkan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan
individu.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1).
Pengertian metode
Metode
berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang
artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk
mencapa tujuan, sedangkan pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk
manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
mewujudka dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah, baik kepada
Tuhanya, sesame manusia, dan sesama
mahluk lainya. Pendidikan yang dimaksud selalu berdasarkan kepaa ajaran
Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2).
Metode pendidikan islam
Pada
dasarnya metode pendidikan islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak
didik dan motivasi mereka sehingga aplikasi metode ini memungkinkan puluhan
ribu kaum mu’min dapat membuka hati manusia untuk menerima petunjuk illahi dan
konsep-konsep islam.
a. Metode
dialog Qur’ani dan Nabawi
b. Metode
Perumpamaan
c. Metode
Ibrah dan Mau’izhah
d. Metode
Targhib dan Tarhib
3). Adapun pendekatan
metode dalam pendidikan islam antara lain yaitu:
a.
Pendekatan Religious
b.
Pendekatan Filosof
c. Pendekatan Sosio Cultural
d. Pendekatan Scientific
4). Asas-asas metode
pendidikan islam, yaitu:
a. At-Tawasu’fi
Al-Maqashid la fi Al-Alah
b. Mura’at
Al-Isti’dad wa Thab’i
c. At-Tadarruj
fi At-Talqin
d. Al-Mahsus
ila Al-Ma’qul
B. Rekomendasi
Kami selaku penulis masih
mengharapkan kritik dan saran dari bapak
selaku dosen pengampu dari berbagai aspek teori
pembelajaran maupun dalam pembuatan makalah ini,
agar untuk kedepannya lebih
baik lagi baik dari segi penulisan
dan penyampaian makalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansjah. 1984. Didaktik
Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Bina Ilmu .
Bukhari, Umar. 2011. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.
Karel A. Steenbrink. 1986. Pesantren,
Madrasah dan Sekolah, Jakarta: LP3ES.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu
Pnedidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup.
Nur, Unbiyati. 1997. Ilmu Pendidikan
Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
0 Response to "Makalah Metode dan Pendekatan Pendidikan Dalam Islam"
Posting Komentar