A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan islam merupakan suatu hal yang
paling pokok yang harus di penuhi oleh setiap individu, golongan bahkan negara.
Karena dengan pendidikan tersebut seorang bisa lebih maju, dengan pendidikan
tersebut suatu kelompok atau golongan dapat dikatakan sebagai golongan yang
berkualitas, tidak hanya kuantitas saja dan dengan pendidikan suatu negara akan
telihat dominan di mata dunia. Terselenggaraannya pendidikan secara baik akan membawa
dampak terhadap pemahaman dan pengalaman sjaran agama. Al-qur’an dan Hadits
merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam khususnya pendidikan agama yang
di harapkan dapat memberikan petunjuk dan membimbing manusia kejalan yang lurus
sesuai dengan fitrahnya. Maka dari itu pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap
individu manusia.
Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman nabi Muhammad
Saw sampai sekarang. Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rosulullah setelah
mendapat perintah dari Allah melalui firmannya Qs. 74: 1-7, langkah awal yang
ditempuh oleh nabi adalah menyeru keluarganya, sahabat-shabatnya, tetangga dan
masyarakat luas. Pada masa nabi, negara islam meliputi seluruh jazirah arab dan
pendidikan islam berpusat di Madinah, setelah Rosulullah wafat kekuasaan pmerintahan
islam dipegang oleh Khulafaurrasyidin dan wilayah islam telah meluas sampai di
luar jazirah arab. Para khalifah ini memusatkan perhatiaannya pada pendidikan,
syiarnya agama dan kokohnya agama islam.
2. Rumusan Masalah
a. Sejarah kekhilafahan Umar bin Khatab
b. Sistem
Pendidikan di masa Umar bin Khatab
c. Pendapat
Kelompok Terhadap Pendidikan di masa Umar bin Khatab
3. Tujuan Penulisan
a. Menambah wawasan mahasiswa terhadap sejarah
pendidikan islam
b. Mampu memahami sistem pendidikan pada masa
Umar bin Khatab
c. Mampu merealisasikan dalam kehidupan
sehari-hari
B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Kekhalifahan Umar bin Khatab
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya
sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat
Umar bin Khatab sebagai penggantinya. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Umar
bin Khatab menjadi khalifah melalui proses musyawarah Abu Bakar dengan para
pemuka agama. Cara yang ditempuh oleh Abu Bakar ini ternyata dapat diterima
oleh masyarakat dan mereka segera memberi bai’at kepada Umar bin Khatab. Umar
bin Khatab kemudian menjadi khalifah, namun Umar bin Khatab tidak mau disebut
sebagai khalifah, namun diganti oleh beliau menjadi Amirul Mu’minin.
Kekhalifahan masa
pemerintahan Umar bin Khatab yang relatif lama, yakni 10 tahun, digunakan untuk
memperluas wilayah daulah Islamiah dan melakukan berbagai program pembangunan.
Pada masa khalifah Umar bin Khatab kekuasaan Islam meliputi Jazirah Arabia,
Palestina, Syiria, Persia dan Mesir. Beliau juga melakukan usaha pembenahan
administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu membagi wilayah bentuk
provinsi. Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem
pembayaran dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif dengan eksekutif
dengan mendirikan lembaga pengadilan, membentuk jawatan pekerjaan umum,
mendirikan baitul mal, mencetak mata uang dan menentukan tahun hijrah.
Usaha memperluas wilayah
Islam yang telah dilakukan oleh Abu Bakar, dilanjutkan oleh Umar bin Khatab
dengan hasil yang gemilang. Wilayah Islam pada masa Umar bin Khatab meliputi
Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah. Sebelum Islam masuk ke negara tersebut,
mereka telah memilki kebudayaan dan peradaban lama. Seperti keteraturan dalam
bidang pemerintahan dan segala perlengkapannya, mereka memerlukan pemikiran
cukup serius, untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini memerlukan pendidikan.
Panglima-panglima Islam
setelah memenagkan peperangan disuatu daerah atau kota, mereka akan mendirikan
masjid. Karena masjid pada saat itu selain digunakan sebagai peribadatan juga
digunakan sebagai kegiataan lainnya yang berhubungan dengan kemasyarakatan,
terutama kegiataan pendidikan.
Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang
timbul dikalangan muslimin setelah nabi wafat, berdasarkan hal ini Abu bakar
menunjuk penggantinya yaitu Umar bin Khatab, yang tujuannya adalah untuk
mencegah supaya tidak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat
islam. Kebijakan Abu bakar tersebut ternyata diterima masyarakat.[1] Pada masa khaliah Umar bin Khatab, kondisi politik dalam
keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam memperoleh hasil yang gemilang.
Wilayah islam pada masa khalifah Umar bin Khatab meliputi semenanjung Arabia,
palestina, syiria, irak, persia dan mesir.[2]
Dengan
meluasnya wilayah islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala
bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki
keterampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini diperlukan pendidikan.
Pada
masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang berpengaruh tidak
diperbolehkan untuk keluar kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang
terbatas. Jadi, kalau ada diantara umat islam yang ingin belajar Hadits harus
pergi ke Madinah, ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para
sahabat dan pendidikan adalah terpusat di Madinah.[3]
Dengan
meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah arab, tampaknya khalifah
memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah yang baru ditaklukkan itu. Untuk
itu, Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan.
Berkaitan
dengan masalah pendidikan ini, khalifah Umar bin Khatab merupakan seorang
pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau juga
menerapkan
serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap
daerah yang ditaklukkan itu, mereka bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan
ajaran islam yang lainnya, seperti fiqh kepada penduduk yang baru masuk islam. pendidikan
di masjid-masjid dan pasar-pasar.
[1] Badri Yatim, Sejarah Pendidikan Islam, 37.
[2] Hanun Ashrohah, Sejarah Pendidikan Islam, 34.
[3] Sukarno dan Ahmad Supardi, Sejarah Filsafat Islam, 51.
Abdurrahman bin Ghanam dikirim ke Syiria dan
Hasan bin Abi jabalah dikirim ke Mesir. Adapun metode yang mereka pakai adalah
guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
pendidik adalah Umar dan para sahabat-sahabat besar yang lebih dekat kepada
Rosulullah dan meiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat pendidikannya
selain di Madinah adalah Mesir, Syiria dan Basyrah.
Meluasnya kekuasaan islam,
mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar, karena mereka yang baru
menganut agama islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang
menerima langsung dari Nabi. Pada masa ini telah terjadi mobilitas penuntut
ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari Madinah, sebagai pusat agama islam.
Gairah menuntut ilmu agama islam ini yang kemudian mendorong lahirnya sejumlah
pembidangan disiplin kegamaan.[4]
Pada masa khalifah Umar
bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis Al-qur’an
dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada masa
Umar bin Khatab ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini
tuntutan untuk belajar bahasa arab yang sudah tampak, orang yang baru masuk
islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar
dan memahami pengetahuan islam. Oleh karena itu, pada masa ini sudah terdapat
pengajaran bahasa Arab.
Berdasarkan hal diatas
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan di masa khalifah Umar bin Khatab
lebih maju, sebab selama Umar memerintah negara berada dalam kondisi atau
keadaan aman dan stabil, ini disebabkan, disamping telah ditetapkannya masjid
sebagai pusat pendidikan, juga telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan islam
di berbagai kota dengan materi ilmu lainnya. Pendidikan dikelola di bawah
pengaturan gubernur yang berkuasa
saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai bidang, seperti jawatan pos,
kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji para pendidik pada
waktu itu diambilkan dari berbagai daerah yang ditaklukkan dan dari baitumal.[5]
Selain itu dibentuk pula beberapa departemen, pengaturan sistem pembayaran
gaji dan pajak tanah, pemisahan kekuasaan yudikatif drngan eksekutif dengan
mendirikan lembaga
[4] Hanun Ashrohah, Ibid, 17.
[5] Nata Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam,118.
pengadilan, memebentuk jawatan pekerjaan umum.mendirikan
Bait al-Mal, mencetak mata uang, dan menetapkan tahun hijriah.
Menurut Umar memiliki ilmu artinya
mengharuskan adanya usaha untuk belajar, beliau juga pernah mengatakan “Wahai
manusia, tuntutlah ilmu, sesungguhnya Allah memiliki suatu baju yang
disenangi-Nya, dan siapa saja yang belajar atau menuntut ilmu walau satu fasal,
maka akan dilindungi oleh Allah dengan baju-Nya itu.”[6] Ucapan itu menunjukkan betapa besarnya perhatian beliau terhadap
pendidikan. Beliau memberikan dorongan dan semangat kepada umat agar giat
menuntut ilmu, karena kemajuan suatu banggsa hanya akan diperoleh dengan
penguasaan ilmu. Manusia dengan ilmunya, akan luas pula pandangan hidupnya.
Akhirnya Umar bin Khattab meninggal dunia
karena dibunuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Sebelum
ajalnya tiba Umar membentuk tim 6 yang terdiri dari Utsman, Ali, Thalhah,
Zubair, Sa’ad bin Abi Waqas, dan Abdurrahman bin ‘Auf. Setelah Umar bin Khattab
wafat tim yang enam orang ini bermusyawarah untuk memilih khalifah yang baru.
Melalui
proses pemilihan oleh tim 6 tersebut, Utsman berhasil terpilih menggantikan
Umar bin Khattab.
B. SISTEM PENDIDIKAN UMAR BIN KHATAB
1. Tenaga Pendidik
Umar bin Khatab adalah seorang tokoh dari
kalanagan pria sejati. Rosulullah Saw mengenalnya di lembah-lembah dan di
jalan-jalan Mekah. Beliau berangan-angan, kiranya Allah membukakan qalbunya
untuk menerima Islam. Beliau memanjatkan permintaan kepada Allah Swt seperti
berikut: “Ya Allah kuatkanlah Islam dengan salah satu Umar.” (HR.
Tirmidzi). Akhirnya Umar pun masuk Islam berkat do’a Rosulullah. Setelah Umar
masuk Islam ekspansi Islam pada masa Umar bin Khatab mencapai hasil yang
gemilang, yang meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia dan
Mesir.
[6] Taqiyuddin, Sejarah Pendidikan Islam, 107.
mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Berkaitan dengan itu Khalifah Umar mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk
tiap-tiap daerah yang ditaklukan, yang mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran
Islam kepada penduduk yang baru masuk Islam.
Adapun
pengajar pada masa Umar ialah Abu Musa Al-asy’ari gubernur Bashrah adalah
seorang Fuqoha, ahli hadits dan Al-qur’an. Ibnu Mas’ud di kirim ke Kufah
sebagai guru, ia adalah ahli tafsir dan fiqh, juga periwayat hadts. Muadz bin
Jabbal mengajar di Palestina, ‘Ubadah di
Hims dan Abu Darda di kirim ke Damaskus untuk mengajarkan ilmu agama dan
Al-qur’an. Sedangkan Amru bin Ash seorang panglima dari Khalifah Umar berhasil
menguasai Mesir, ia adalah seorang yang memiliki keahlian dalam hadits,
terkenal sebagai pencatat hadits Nabi. Sedangkan di Madinah yang merupakan
gudangnya ulama, seperti Umar sendiri adalah seorang yang memiliki keberanian
dan kecakapan dalam melakukan ijtihad. Abdullah bin Umar adalah pengumpul
hadits. Ibnu Abbas seorang ahli tafsir Al-qur’an dan ilmu faraid. Ali sebagai
ahli hukum juga tafsir, Zaid bin Tsabit sebagai ahli Al-qur’an serta ilmu
faraid.
2. Peserta Didik
Peserta didik pada zaman Umar terdiri dari
masyarakat Mekah dan Madinah. Namun, yang khusus mendalami dan mengkaji
pengetahuan keagamaan hingga mahir, alim dan mendalam penguasaannya di bidang
ilmu agama jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk
sikap mental kegamaan adlah seluruh umat Islam yang ada di Mekah dan Madinah.
Adapun sasaran pendidikan Islam dalam arti khusus yakni membentuk ahli ilmu
agama, sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang selanjutnya menjadi ulama.
3. Materi Pendidikan
Materi pendidikan yang diajarkan adala materi
yang berkaitan dengan keagamaan yakni Al-qur’an, hadits, hukum Islam,
kemasyarakatan, kenegaraan, pertahanan, keamanan dan kesejahteraan. Dengan
meluasnya kekuasaan Islam, mendorong kegiatan pendidikan Islam bertambah besar
karena mereka yang baru menganut Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari
sahabat-sahabat yang menerima langsung dari Rosulullah, khususnya menyangkut
hadits nabi sebagai salah satu sumber agama yang belum terbukukan dan hanya ada
dalam ingatan para sahabat dan sebagai alat bantu untuk menafsirkan Al-qur’an.
Selain
itu pengajaran bahasa arab juga sudah ada, ada pula yang mengajarkan belajar
membaca, menulis serta menghafal Al-qur’an, serta belajar pokok-pokok agama
Islam, seperti cara berwudhu, sholat, puasa dan sebagainya. Umar bin Khatab
juga mengintruksikan kepada penduduknya untuk diajarkan kepada anak-anak
seperti berenang, berkuda, memanah, membaca syair-syair dan peribahasa.
Dengan
demikian pengajaran rendah mulai masuk dalam Islam adalah antara gerak dan
membaca syair-syair mudah, serta peribahasa. Sebelum itu hanya membaca Alqur’an
saja. Adapun ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah terdiri dari
Al-qur’an dan tafsirnya, Hadits dan Fiqh (Tasyri).
4. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang ada pada zaman Umar
bin Khatab, tidak berbeda dengan masa Nabi dan Abu Bakar, yaitu Kutab,
Masjid, Suffah dan Madrasah.
a. Kuttab
Kuttab
sebagai lembaga pendidikan terendah yang di dalamnya mengajarkan kepada
anak-anak dalam hal membaca dan menulis, serta sedikit pengetahuan-pengetahuan
agama.
b. Masjid
Masjid
sebagai pusat pendidikan umat Islam yang telah mukallaf pada masa permulaan
Islam belum terdapat sekolah formal seperti yang ada pada masa sekarang.
Pelaksanaan kependidikan pada masa Khalifah Umar bin Khatab tidak jauh dengan
Nabi Saw. Namun, terdapat beberapa perkembangan daerah lebih maju sesuai dengan
situasi dan kondisinya, tapi perkembangan itu tidak melunturkan dasar-dasar
pendidik yang dilaksanakan pada masa Nabi Saw.
c. Madrasah
Madrasah di Mekah. Guru yang
pertama mengajar di Mekah, setelah penduduk Mekah takluk ialah Muadz bin Jabbal
yang mengajarkan Al-qur’an dan hal-hal yang berkaitan dengan halal dan haramnya
perbuatan. Sedangkan melalui Abdullah bin Abbas pembangunan madrasah Mekah
diperluas, sehingga termasyhur seluruh negara Islam.
Madrasah
di Madinah. Madrasah di Madinah lebih termasyhur dan lebih dalam ilmunya,
karena disanalah tempat para sahabat besar mengajarkan ilmunya yaitu Abu Bakar,
Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Tsabit serta
Abdullah bin Umar.
Madrasah
di Bashrah. Ulama dan para sahabat yang termasyhur di Bashrah antara lain
Abu Musa Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-asy’ari adalah ahli fiqh
dan ahli hadits, serta ahli Al-qur’an. Sedangkan Anas bin Malik lebih
termasyhur dalam Hadits. Madrasah di Bashrah juga melahirkan Hasan al-Bashry
dan Ibnu Sirin.
Madrasah
di Kuffah. Ulama dan para sahabat yang tinggal di Kuffah ialah Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Ali mengajarkan urusan politik dan peperangan.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan Ibnu Mas’ud adalah mengajarkan Al-qur’an dan
ilmu agama seperti tafsir, fiqh dan Hadits.
Madrasah
di Damaskus. Setelah Syam (syiria) menjadi bagian dari sistem kekhilafahan
di Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam, maka Khalifah Umar
mengirim Muadz bin Jabbal, Ubadah dan Abu Darda. Mereka mengajarkan Al-qur’an
dan Ilmu-ilmu agama di negeri Syam pada tiga tempat, yaitu Abu Darda di
Damaskus, Muadz bin Jabbal di Palestina dan Ubadah di Hims.
Madrasah
di Fistat (Mesir). Setelah Mesir menjadi bagian dari sistem kakhilafahan di
Madinah dan penduduknya banyak yang memeluk agama Islam, Mesir menjadi pusat
ilmu-ilmu agama. Ulama mula-mula mendirikan madrasah di Mesir ialah Abdullah
bin ‘Amr bin Ash di Fistat (mesir lama).
C. PENDAPAT KELOMPOK
Dilihat
dari uaraian di atas, maka dapat disimpulkan atau dapat di realisasikan pada
masa sekarang ialah:
1) Pada masa Umar bin Khatab, para guru atau pengajar itu
sudah digaji oleh negara, begitupun dengan masa kini. Guru atau pengajar serta
pegawai negeri atau pejabat pemerintahan itu digaji juga oleh pemerintah yang
bersangkutan. Namun, perbedaannya ialah pada zaman Khulafaur Rasyidin
mendapatkan harta atau kekayaan karena perluasaan wilayah islam kemudian dari
hasil rampasan perang, serta hasil dari pajak bangunan dan tanah. Akan tetapi,
pada masa sekarang yang membedakan dengan masa Khulafaur Rasyidin ialah hasil
yang di dapat oleh suatu negara itu dari berbagai macam, mulai dari pajak
bangunan dan rumah, bea cukai dari pengimporan barang, pajak perusahaan serta
berbagai macam pajak yang lainnya.
2) Proses pembelajaran pada Masa Khulafaur Rasyidin khususnya
masa Umar itu guru atau pengajar berada di depan masjid kemudian para murid
mengelilingi gurunya, akan tetapi yang terjadi di masa sekarang ialah, hampir
sama dengan apa yang di lakukan pada masa Umar, namun sekarang ini justru lebih
gampang untuk mengajar, karena ditunjang oleh media yang canggih, misalnya
dengan menggunakan media power point yang akan membantu guru untuk
mempresentasikan bahan apa yang akan diajar. Untuk siswa atau murid juga dapat
memperoleh bahan tambahan yang lainnya dengan mudah dan cepat, apabila mereka
masih kurang atas pengajaran guru di kelas, mereka dapat mengakses dengan mudah
di internet.
3) Kurikulum yang di tetapkan pada masa Umar bin Khatab
mungkin tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah terhadap
pendidikan di indonesia. Namun, pada masa sekarang lebih banyak terkait
kurikulum yang diajarkan, terutama untuk para guru dalam mengajar harus
memiliki kemampuan membuat metode atau modul pembelajaran.
4) Sasaran pendidikan pada dulu ialah membentuk sikap
mental keagamaan, adapun dalam arti khusus ialah membentuk ahli ilmu agama.
Adapun pada masa sekarang ini dengan menggabungkan keduanya, dengan kata lain
sasaran pendidikan ialah menjadikan siswa yang cerdas, pintar dalam bidang
keilmuwan selain itu juga cerdas spiritualnya, artinya sehat dan memiliki
akhlak yang baik yang sesuai dengan ketentuan agama.
D. PENUTUP
Berdasarkan uaraian dan analisa sebagaimana di
atas, dapat dikemukakan analisis dan kesimpulan sebagai berikut:
Pertama,
pendidikan pada zaman Khulafaur Rasyidin khsususnya Umar bin Khatab
secara umum masih sama keadaannya dengan pendidikan yang berlangsung di zaman
Rosulullah Saw sebagaimana tersebut di atas. Hal ini terjadi, karena para
Khulafaur Rasyidin pada dasarnya orang-orang yang mengikuti garis hidup yang
sedapat mungkin sesuai dengan garis
hidup yang diajarkan oleh Rosulullah Saw.
Kedua,
walaupun masih sederhana, pendidikan pada zaman Umar bin Khatab sudah
memerhatikan berbagai komponen yang diperlukan. Yaitu komponen visi, misi,
tujuan kurikulum, proses belajar mengajar, guru, murid, sarana prasarana,
pembiayaan, serta evaluasi pendididkan dan pengajaran sudah ada, walaupun
sifatnya masih sederhana.
Ketiga,
bahwa pendidikan yang dilakukan Umar bin Khatab ada yang tergolong
berhasil dan ada yang tergolong kuarng berhasil. Pendidikan yang tergolong
berhasil anatara lain dapat dari uapaya mengembalikan dan menyadarkan
orang-orang yang membangkang terhadap islam, mengumpulkan, menyalin, dan
membukukan Al-qur’an, serta lahirnya sejumlah ulama dari kalangan para sahabat
dan tabi’in. Adapun pendidikan yang tergolong kurang berhasil antara lain
ditandai dengan pemberontakan, peperangan, bahkan pembunuhan, yang membawa
perpecahan umat ke dalam kelompok yang satu dengan yang lainnya hingga saat ini
sulit dipersatukan atau dipertemukan. Kelompok tersebut antara lain kelompok
Sunni, Syiah dan Khawarij.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nizar, Syamsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Taqiyuddin. 2016. Sejarah Pendidikan Islam,
Cirebon: CV. Pangger.
Yatim, Badri. 1994. Sejarah Peradaban Islam,
Dirasah Islamiyah II, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Baca juga Makalah Shalat Dhuha
0 Response to "Makalah Sejarah Pendidikan Islam Pada Masa Umar"
Posting Komentar