KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah Swt. Karena atas qudrat,
hidayah dan ma’unah-Nya, saya dapat membuat makalah ini sesuai waktu yang
ditentukan. Tidak lupa shalawat serta salam semoga Allah tetap curah limpahkan
kepada Nabi kita Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta
kepada kita selaku umatnya.
Saya
ucapkan terima kasih kepada bapak Drs. A. Syathori, M.Ag selaku dosen
mata kuliah Fiqh Ibadah, yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah
ini.
Akhir
kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Cirebon, 23 Mei 2016
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar...............................................................................................................
1
Daftar Isi..........................................................................................................................
2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................
3
B. Rumusan
Masalah...........................................................................................
3
C. Tujuan Pembahasan........................................................................................
4
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Shalat Dhuha.................................................................................
5
B. Hukum Shalat Dhuha......................................................................................
5
C. Waktu Shalat Dhuha.......................................................................................
5
D. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha......................................................................
6
E. Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha..............................................
7
F. Fadhilah Shalat Dhuha....................................................................................
9
G. Do’a Dalam Shalat Dhuha............................................................................
11
BAB III Penutup
A.
Kesimpulan...................................................................................................
12
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan kewajiban hamba Allah Swt
yang beriman. Bentuknya adalah gerakan dan do’a dengan menghadapkan wajahnya
kepada Yang Maha Pencipta. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali
diperhitungkan dan pertama dihisab di akhirat. Di dalam ibadah shalat ada dua
macam bentuk, yaitu shalat wajib dan shalat sunnah. Menurut hadits bukhori,
shalat wajib adalah ibadah yang wajib dikerjakan oleh masing-masing orang
muslim, apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan
mendapat dosa. Shalat wajib ini ada lima macam waktu, diantaranya shalat subuh
dikerjakan menjelang fajar, shalat dzuhur dikerjakan pada saat matahari
melebihi bayangan kita, shalat Ashar dikerjakan ketika sore sebelum matahari berwarna
merah, shalat Maghrib dikerjakan ketika matahari sudah tenggelam, dan terakhir
shalat Isya dikerjakan setelah shalat Maghrib.
Dijelaskan
dalam hadits Bukhori, bahwa shalat sunnah adalah ibadah shalat yang apabila
dikerjakan mendapat pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Shalat sunnah banyak macamnya,
diantaranya yaitu shalat dhuha, shalat witir, shalat tahajjud dan lain
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Shalat Dhuha
2.
Hukum Shalat Dhuha
3.
Waktu Shalat Dhuha
4.
Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
5.
Surat-Surat Yang di baca Dalam Shalat Dhuha
6.
Fadhilah Shalat Dhuha
7.
Do’a Dalam Shalat Dhuha
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Fiqh Ibadah
2.
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang shalat dhuha
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari
yang dianjurkan. Pahalannya di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa
melakukannya, dan mendorong umat muslimin untuk melakukannya juga. Beliau
menjelaskan barangsiapa yang shalat empat
rakaat pada awal siang hari, niscaya Allah mencukupkan pada sore
harinya. Sebagaimana beliau juga
menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan tiga ratus enam puluh sedekah.[1]
Adapun
pendapat yang lain bahwa shalat dhuha ialah shalat sunah yang dikerjakan pada
waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangya shalat ini dua raka’at, boleh
empat raka’at, enam, delapan atau dua belas raka’at.[2]
B. Hukum Shalat Dhuha
Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu
barangsiapa yang menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau
tidak, tidak ada larangan pula meninggalkannya.
Dari
Abu Sa’id r.a berkata:
كَانَ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى الضُّحَى حَتَّى نَقُولُ
لَايَدَعُهَا، وَيَدَعُهَا حَتَّى نَقُولَ لَايُصَلِّيهَا. (رواه الترمذي)
Artinya:
“Rosulullah Saw selalu
melaksanakan shalat dhuha sampai-sampai
kita mengira bahwa tidak pernah meninggalkannya, tetapi jika meninggalkannya
sampai-sampai kita mengira, bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya.” (H.R
Turmudzi)
C. Waktu Shalat Dhuha
Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik
kira-kira setinggi tiga tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat
berada di tengah-tengah langit (istiwa) dan pada saat itu makruh
hukumnya untuk melakukan shalat. Menurut pandangan yang lain, shalat dhuha
dimulai ketika matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari
tergelincir (istiwa).[3]
Disunahkan
juga melaksanakan pada waktu naik agak tinggi dan panas agak terik. Dari Zaid
bin Arqam r.a berkata:
خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَلَى اَهلِ قُبَاءِ
وَهُمْ يُصَلُّوْنَ الضُّحَىى فَقَالَ صَلَاةُ الْاَوَّابِيْنَ اِذَا رَمَضَتِ الِفصَالِ
مِنَ الضُّحَى. (رواه احمد ومسلم وترمذى)
Artinya:
“Nabi Saw keluar menuju
tempat ahli quba, dikala itu mereka sedang mengerjakan shalat dhuha. Beliau
lalu bersabda: “inilah shalat orang-orang yang kembali kepada Allah, yakni di
waktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan waktu dhuha.” (H.R Ahmad
dan Muslim)
D. Bilangan Raka’at Shalat Dhuha
Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah
dua raka’at, dan maksimalnya delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua
belas raka’at. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa shalat dhuha tidak ada batasannya, tetapi pendapat kedua
tadilah yang kuat. Berikut dalil tentang bilangan raka’at shalat dhuha.[4]
1. Dua raka’at
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:اَوْصَانِي
خَلِيْلِي صلى الله عليه وسلم بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ اَيَّامِ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَى
الضُّحَى وَاَنْ اُوْ تِرَ قَبْلَ اَنْ اَرْقُدَ. (رواه متفق عليه)
Artinya:
“Abu Hurairah r.a berkata:
“Kekasihku Rosulullah Saw berpesan kepadaku, supaya berpuasa tiga hari di
tiap-tiap bulan, dan shalat dhuha dua raka’at, dan shalat witir sebelum tidur.”
(H.R Muttafaqun ‘Alaih)
2. Empat raka’at
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّى الضُّحَى
اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيْدُ مَاشَاءَ اللهُ. (رواه مسلم)
Artinya:
“Aisyah r.a berkata: “
Rosuluullah Saw biasa melaksanakan shalat dhuha empat raka’at, dan
kadang-kadang melebihi dari itu sekehendak Allah.” (H.R Muslim)
3. Delapan raka’at
اَنَّ النَبِيَّ صلى الله عليه وسلم صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى
ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ يُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ. (رواه ابو داود)
Artinya:
“Bahwa Nabi Saw
mengerjakan shalat dhuha sebanyak delapan raka’at dan tiap-tiap dua raka’at
beliau salam.” (H.R Abu Daud)
4. Dua belas raka’at
عَنْ اَنَسْ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ صَلَّى الضُّحَى اِثْنَتَى عَشْرَةَ رَكَعَةً بَنَى
اللهُ لَهُ قَصْرًا فِيْ الجَنَّةِ. (رواه
الترمذى)
Artinya:
“Dari Anas r.a berkata: Rosulullah
Saw bersabda, “Barangsiapa yang shalat dhuha dua belas raka’at. Niscaya Allah dirikan gedung baginya di
surga.” (H.R Turmudzi)
E. Surat-surat yang harus di baca
1. Surat-surat yang harus dibaca sesudah membaca al-fatihah pada tiap-tiap
raka’at boleh mana saja yang mudah.
Dalam Al-Qur’an dinyatakan:
فاقرئوا ما تيسر من
القران... (المزمل:٢٠)
Artinya:
“...... bacalah oleh kamu apa-apa
yang mudah dari pada Al-Qur’an.” (Q.S Al-Muzammil:20)[5]
2. Jika dikerjakan dua raka’at disunahkan pada raka’at pertama sesudah
membaca Fatihah, membaca surat “Wasy-Syamsi Wadhuhahaa....” dan pada raka’at
kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat “ Wadhuha...”. jika dikerjakan
lebih dari dua raka’at , maka disunahkan tiap-tiap dua raka’at salam.
Surat yang dibaca seperti yang
disebutkan di atas, sedang raka’at selebihnya membaca surat Al-Kafirun dan
surat Al-Ikhlas.
3. Cara yang terbaik, apabila dikerjakan dua raka’at, maka pada raka’at
pertama sesudah membaca Fatihah, kemudian membaca ayat Al-Kursi sepuluh kali
dan pada raka’at kedua sesudah membaca Fatihah, membaca surat Al-Ikhlas sepuluh
kali juga.[6]
Demikian sesuai hadits
nabi Muhammad Saw dengan sabdanya:
عن انس رضى الله عنه
عن النبي صلى الله عليه وسلم من صلى الضحى يقرأ في الر كعة الاولى فا تحة الكتاب
واية الكرسى عشر مرات، وفي الثانية فا تحة الكتاب وقل هو الله احد عشر مرات،
استوجب رضوان الله الاكبر.
Artinya:
“Anas r.a meriwayatkan
dari Nabi Saw, “Barangsiapa yang melaksanakan shalat dhuha membaca pada raka’at
pertama surat Al-Fatihah dan ayat kursi sepuluh kali, serta pada raka’at kedua
sesudah Fatihah membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali, pasti ia mendapat
keridhoan yang terbesar dari Allah.”
F. Fadhilah Shalat Dhuha
Shalat dhuha sebagai shalat sunah yang sangat
banyak sekali fadhilahnya (keutamaannya).
Sangat
baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan (langgengkan) yakni kita
biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena ditinjau dari segala segi baik
sekali bagi yang melaksanakannya, sebagai Maghfiroh (ampunan), mencari
ketenangan hidup, serta sebagai sarana untuk memohon tambahnya rizqi kepada
Allah. Maka shalat dhuha ini patut sekali kita langgengkan setiap hari.[7]
Sebagaimana
sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a dalam haditsnya
sebagai berikut:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من حافظ على شفعة الضحى
غفر له ذنوبه وان مثل زبد البحر. (رواه الترمذى)
Artinya:
“Siapa saja yang dapat
mengerjakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah,
sekalipun dosa itu sebanyak buih dilautan.” (H.R Turmudzi)
Dalam hadits lain
dinyatakan, sebagai beriku:
صلاة الضحى تجلب الرزق وتنفى الفقر، ولا يحافظ على صلاة
الضحى الا اواب.
Artinya:
“Shalat dhuha itu mendatangkan rizqi dan
menolak kefakiran (kemiskinan), dan tidak ada yang akan memelihara shalat dhuha, kecuali hanya orang-orang
yang bertaubat.”
Dari Nu’was bin Sam’an r.a bahwa nabi bersabda:
قال الله عز وجل:
ابن ادم لا تعجزن عن اربع ركعات فى اول
النهار اكفك احخره. (رواه الحاكم والطبرانى)
Artinya:
“Allah ‘azza wajalla berfirman:
“Wahai anak adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat raka’at
pada waktu permulaan siang (yakni) shalat dhuha, nanti pasti akan Kucukupkan
kebutuhanmu pada waktu sorenya.” (H.R Hakim dan Thabroni)
Dari Abu Dzar r.a berkata:
قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم يصبح على كل سلائ من احدكم صدقة، فكل تسبيحة صدقة، وكل تحميدة
صدقة، وكل تهليلة صدقة، وكل تكبيرة صدقة، وامر بالمعروف صدقة ونهى عن المنكر صدقة،
ويجزى من ذلك ركعتان بركعهما من الضحى. (رواه احمد ومسلم وابو داود)
Artinya;
“Rosulullah Saw bersabda:
“Hendaklah masing-masing tiap-tiap pagi bershodaqoh untuk persendian (ruas
tulang) badannya. Maka tiap kali bacaan tasbih itu shodaqoh, setiap tahmid itu
shodaqoh, setiap tahlil shodaqoh, setiap takbir juga shodaqoh, menyuruh
kebaikan dan melarang kemungkaran atau kejahatan itu shodaqoh, dan sebagai
ganti itu semua, cukuplah mengerjakan shalat dhuha dua raka’at.” (H.R Ahmad,
Muslim dan Abu Daud)
Abu Hurairah juga berkata,
bahwasanya Nabi Saw pernah bersabda:
ان في الجنة بابا
يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى منادى: اين الذين كانوا يداومون على صلاة
الضحى؟ هذا بابكم فادخلوه برحمة الله!. (رواه الطبرانى)
Artinya:
“Bahwasanya di surga ada
pintu yang dinamakan “Dhuha”. Maka jika telah datang hari kiamat kelak,
berserulah (malaikat) penyeru: “Manakah orang-orang yang telah melanggengkan
shalat dhuha? Inilah pintu kamu, silahkan masuk kedalam dengan rahmat Allah.”
(H.R Thobroni)
G. Do’a Dalam Shalat Dhuha
Do’a yang dibaca setelah shalat dhuha[8]:
اللهم إن الضحاء
ضحاءك والبهاء بهائك والجمال جمالك والقوة قوتك والقدرة قدرتك والعصمة عصمتك،
اللهم إن كان رزقى في السماء فانزله وإن كان في الارض فاخرجه وإن كان معسرا فيسره
وإن حراما فطهره وإن كان بعيدا فقربه بحق ضحائك وبهائك وجمالك وقوتك وقدرتك اتنى
ما اتيت عبادك الصالحين.
Artinya:
“Ya Allah, bahwasanya
waktu dhuha itu waktu dhuha-Mu, kemegahan ialah kemegahan-Mu, keindahan itu
keindahan-Mu, kekuatan itu kekuatan-Mu, kekuasaan itu kekuasaan-Mu, dan
perlindungan itu perlindungan-Mu. “Ya Allah jika rizqiku masih di langit,
turunkanlah dan jika ada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar maka
mudahkanlah, jika haram maka sucikanlah, jika masih jauh maka dekatkanlah,
berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu,
limpahkanlah kepada kami seperti yang telah engkau limpahkan kepada hamba-hamba
yang shaleh.”
Adapun do’a yang lainnya yaitu:
اللهم بك اسبحنا وبك
امسينا وبك نحيا وبك نموت وإليك النشور. (رواه الترمذى)
Artinya:
“Ya Allah, dengan rahmat
Engkau aku berada di waktu pagi ini, dan dengan rahmat Engkau aku berada di
sore ini, dan dengan rahmat Engkau aku hidup dan aku akan mati dan kepada-Mu
aku akan kembali.” (H.R Turmudzi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat dhuha merupakan shalat pada siang hari
yang dianjurkan. Pahalannya di sisi Allah cukup besar. Nabi Saw biasa
melakukannya, dan mendorong umat muslimin untuk melakukannya juga. Beliau
menjelaskan barangsiapa yang shalat empat
rakaat pada awal siang hari, niscaya Allah mencukupkan pada sore
harinya. Sebagaimana beliau juga
menjelaskan bahwa shalat dhuha itu sama dengan tiga ratus enam puluh sedekah.
Shalat dhuha hukumnya sunah. Karena itu
barangsiapa yang menginginkan pahalanya, kerjakanlah sekehendakmu, dan kalau
tidak, tidak ada larangan pula meninggalkannya.
Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik
kira-kira setinggi tiga tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat
berada di tengah-tengah langit (istiwa) dan pada saat itu makruh
hukumnya untuk melakukan shalat. Menurut pandangan yang lain, shalat dhuha
dimulai ketika matahari naik setinggi 7 hasta dan berakhir ketika matahari
tergelincir (istiwa).
Bilangan shalat dhuha sekurang-kurangnya ialah
dua raka’at, dan maksimalnya delapan raka’at, ada pula yang mengatakan dua
belas raka’at. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa shalat dhuha tidak ada batasannya, tetapi pendapat kedua
tadilah yang kuat. Berikut dalil tentang bilangan raka’at shalat dhuha.
Sangat
baik sekali shalat dhuha ini, kita Mudawamahkan (langgengkan) yakni kita
biasakan sehari-hari melaksanakannya. Karena ditinjau dari segala segi baik
sekali bagi yang melaksanakannya, sebagai Maghfiroh (ampunan), mencari
ketenangan hidup, serta sebagai sarana untuk memohon tambahnya rizqi kepada
Allah. Maka shalat dhuha ini patut sekali kita langgengkan setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Habsyi, Muhammad Bagir. 2000. Fiqih Praktis Menurut
Al-Qur’an, As-sunah dan Pendapat Para Ulama. Bandung: Mizan.
Daradjat Zakiyah, dkk. 1983. Ilmu Fiqh I. Jakarta:
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, cet II.
Rifa’i, Mohammad. 1978. Tuntunan Sholat Lengkap.
Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Shiddiq, Abdul Rosyad. 2006. Fikih Ibadah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet III.
Sudarsono, A. Munir. 2013. Dasar-Dasar Agama Islam.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[1]Abdur Rosyad Shiddiq. Fikih Ibadah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2006) hal. 442.
[8] Muhammad Bagir, Al-Habsyi. Fiqih Praktis
Menurut Al-Qur’an, As-sunah dan Pendapat Para Ulama. (Bandung: Mizan, 2000)
hal. 178.
Baca juga Makalah Filsafat Ar-Razi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar